Senin, 17 Mei 2010

Masalah Kepemimpinan

Dalam setiap organisasi jelas dibutuhkan kepemimpinan yang efektif sehingga tujuan dan sasaran dari organisasi tersebut dapat tercapai. Untuk memahami masalah kepemimpinan ini tidak ada salahnya kita mencoba kembali membuka ingatan tentang makna kepemimpinan.
Pengertian kepemimpinan sering disamaratakan dengan istilah pimpinan. Secara sederhana pemimpin atau pimpinan adalah orang yang secara sah mempunyai kewenangan memimpin organisasi. Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Pemimpin diartikan sebagai figur sentral yang mempersatukan kelompok, atau juga individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti. Sedangkan Kepemimpinan diartikan sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah. Dan menurut Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.

Dalam proses kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dalam pelaksanaannya dari gaya kepemimpinan. Setiap pemimpin mempunyai gaya (style) yang karateristiknya bisa berbeda antara satu pemimpin dengan yang lain. Seorang pemimpin bisa jadi mempunya banyak gaya dalam menjalankan misi kepemimpinannya, namun demikian ada gaya dominan yang seringkali diaktualisasikan pemimpin dalam mengendalikan organisasinya.

• Gaya Otokratik : Pemimpin mengambil keputusan dengan bertindak sendiri, hanya memberitahukan kepada bawahannya (staf) tanpa mau mendengar pendapatnya, karena bawahannya hanya dianggap pelaksana sehingga tidak dilibatkan sama sekali dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin otokratik biasanya hanya berorientasi pada kekuasaan bukan relasional. Oleh karenanya, pemimpin dengan gaya otokratik biasanya tidak didambakan oleh bawahannya karena dalam mengendalikan organisasi unsur kemanusiaan seringkali diabaikan.
• Gaya Paternaistik : Karakternya seperti hubungan antara bapak dengan anak, sehingga dalam pengambilan keputusan dilakukan sendiri baru kemudian disampaikan kepada bawahan(staf) tanpa melibatkan dalam pengambilan keputusan. Dalam proses menjalankan fungsi kepemimpinannya biasanya bertindak atas dasar pemikiran tentang pemenuhan kebutuhan fisik para bawahannya. Orientasi kepemimpinan paternalistic adalah penyelesaian tugas sebaik-baiknya dan terpeliharanya hubungan baik antara atasan dengan para bawahannya sebagaimana hubungan bapak dengan anaknya.
• Gaya Kharismatik : Tipe kharismatik memandang kepemimpinan sebagai keseimbangan antara pelaksanaan tugas dan pemeliharaan hubungan dengan para bawahan. Pemeliharaan hubungan didasarkan pada hubungan relasional dan bukan berorientasi kekuasaan, walaupun dia memilikinya.
• Gaya Laissez Faire : berorientasi dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara atasan bawahan dari pelaksanaan tugas. Dasar pemikirannya adalah bahwa jika dalam organisasi terdapat hubungan yang baik antara seorang pemimpin dengan para bawahan, diharapkan bawahan akan terdorong untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya secara bertanggung jawab.
• Gaya Liberal : Kepemimpinan dengan gaya liberal dalam mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang ditetapkan lebih banyak dilakukan dengan pendelegasian tugas yang diberikan atasan kepada bawahannya. Pendelegasian tugas bisa diartikan disamping sebagai pembagian tugas juga sebagai bentuk kepercayaan atasan kepada bawahan atas kemampuan bawahannya menjalankan dan menyelesaikan tugas.
• Gaya Demokratis : Banyak pendapat bahwa gaya kepemimpinan demokratis dipandang sebagai gaya kepemimpinan paling ideal, walaupun tidak ada yang menjamin bahwa organisasi akan berjalan mulus tanpa hambatan. Pada umumnya pemimpin menyadari bahwa ada biaya yang harus ditanggung organisasi dengan adanya kepemimpinan yang demokratik. Gaya demokratis tergambar dari tindakan yang diambil pemimpin dengan mengikutsertakan para bawahannya dalam seluruh proses pengambilan keputusan.


Yang menjadi pertanyaan adalah tipe kepemimpinan apa yang cocok untuk organisasi kita???untuk menjawabnya kita perlu tahu situasi, kondisi dan karateristik organisasi kita seperti apa??

Dalam perjalanannya, organisasi dihadapkan pada berbagai situasi dan kondisi dalam mencapai tujuan/sasaran. Sehingga dalam mengendalikan organisasi pemimpin seyogyanya senantiasa memperhatikan bagaimana proses pengaruh mempengaruhi terjadi di dalam organisasinya.
*artikel dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar